JAKARTA, 3 September (Xinhua) — Tanggal 25 Juni 2025 tercatat sebagai salah satu momen paling mengejutkan dalam sejarah Draft NBA. Saat Portland Trail Blazers memilih Yang Hansen di urutan ke-16, sorakan protes menggema di arena.
Jakarta (ANTARA) – Tanggal 25 Juni 2025 tercatat sebagai salah satu momen paling mengejutkan dalam sejarah Draft NBA. Saat Portland Trail Blazers memilih Yang Hansen di urutan ke-16, sorakan protes menggema di arena.
Media sosial pun dipenuhi kritik pedas, sementara para analis menilai keputusan tersebut sebagai blunder besar. Bahkan, Yang Hansen sendiri mengaku bahwa terpilih di urutan ke-16 benar-benar di luar bayangan terliarnya. Bagi banyak orang, langkah itu tampak sebagai kesalahan fatal. Namun, bagi mereka yang memahami perjalanan Yang Hansen, justru inilah awal dari sebuah taruhan berani — taruhan yang bisa mengubah cara NBA menilai talenta masa depan. AWAL GEMILANG DI CHINA Yang Hansen lahir dan tumbuh di Zibo, Provinsi Shandong, China timur. Pada usia 18 tahun, dia sudah tampil di Chinese Basketball Association (CBA), liga yang sarat dengan pemain veteran dan mantan bintang NBA. Alih-alih kewalahan, Yang Hansen yang membela klub Qingdao Eagles langsung mencuri perhatian dengan mencatat rata-rata 15 poin, hampir 11 rebound, dan memimpin liga dalam kategori blok. Ia juga meraih gelarRookie of the Year sebagai debutan terbaik,Defensive Player of the Year sebagai pemain bertahan terbaik, sekaligus menjadi pemainstarter di pertandingan All-Star pada musim debutnya. Meski prestasinya luar biasa, banyak pemandu bakat tetap ragu. Mereka menilai level persaingan di CBA kurang ketat. Gaya main Yang Hansen juga dikhawatirkan tidak akan mampu mengikuti ritme NBA yang jauh lebih cepat dan mengutamakan fisik.
BERSINAR DI AJANG INTERNASIONAL UJIAN DI SUMMER LEAGUE
Kesempatan membuktikan diri pun datang saat penyelenggaraan Piala Dunia FIBA U19 2023. Menghadapi talenta-talenta muda terbaik dunia, termasuk calon-calon bintang NBA, Yang Hansen tampil impresif. Saat melawan tim AS, dia mengisi hampir semua aspek permainan: poin, rebound, assist, hingga blok. Meski China kalah telak, performa Yang Hansen menunjukkan betapa besar pengaruhnya di lapangan. Di akhir turnamen, Yang Hansen masuk daftar teratas dalam kategorirebound, assist, dan blok, serta menempati peringkat kedua untuk efisiensi. Namun, kritik tetap datang. Yang Hansen dianggap kurang eksplosif, kurang bugar, dan dinilai sulit bertahan menghadapi pemain cepat di ruang terbuka. PROSES PENYEMPURNAAN Salah satu kekurangan terbesar Yang Hansen adalah tembakan jarak jauh. Pada musim CBA 2024, dia hanya menembak 22 persen dari garis tembakan 3 poin, persentase yang dianggap terlalu rendah untuk NBA modern. Namun, dia tidak tinggal diam. Musim berikutnya, persentase itu naik menjadi 33 persen dengan volume percobaan yang lebih tinggi. Dipadukan dengan visi bermain dan kemampuanpassing-nya yang menawan, Yang Hansen mulai tampak sebagaibig man modern yang serbabisa. VISI PORTLAND Portland Trail Blazers melihat sesuatu yang berbeda. Selama hampir dua tahun, mereka mengikuti perkembangan Yang Hansen dari dekat. Pada malam draft, mereka bahkan melakukan pertukaran pilihandraft agar bisa mendapatkannya di momen yang tepat. "Talenta ini sangat unik. IQ basket,passing, cara dia membaca permainan — itulah yang kami yakini menjadi kunci kemenangan di era sekarang," ujar Joe Cronin,general manager Trail Blazers. Pelatih Trail Blazers Chauncey Billups pun sejalan. Untuk mendukung perkembangan Yang Hansen, Blazers mendatangkan Thiago Splitter, mantan juara NBA sekaligus pelatih yang dikenal sukses membimbingcenter non-atletis seperti Alperen Sengun.
UJIAN DI SUMMER LEAGUE
Debut NBA pertamanya datang di Summer League 2025. Menghadapi Golden State Warriors, Yang Hansen membukukan 10 poin, 5assist, dan 3 blok hanya dalam 24 menit bermain. Dari empat laga di liga musim panas itu, dia rata-rata membukukan 10,8 poin, 5rebound, hampir 4 assist, dan lebih dari 2 blok, termasuk akurasi sepertiga dari garis tembakan tiga angka. Lebih dari sekadar angka, gaya bermain Yang Hansen membuat banyak orang terkesima. Dia menjadi pengatur serangan dari posisihighpost, memberi umpan-umpan matang, sekaligus melindungiring. Tak heran bila beberapa orang mulai menyamakan gaya mainnya dengan Nikola Jokic, peraih penghargaan MVP NBA tiga kali. Sekadar pengingat,center asal Serbia itu tidak langsung menjadi bintang dan perlu empat tahun untuk menjadi seorang All-Star. TARUHAN GLOBAL Yang Hansen adalah pemain China pertama yang dipilih di putaran pertama sejak Yao Ming pada 2002. Tekanan pun besar — Yao berhasil mengubah Houston Rockets menjadi merek global. Kini, sebagian warisan itu ada di pundak Yang. Namun, dia tetap rendah hati. Yang Hansen dikenal santai, gemar bermain gim, menikmati makanan, dan tidur siang. Dengan bergabung ke Clutch Sports, Yang menegaskan ambisinya bukan hanya sebagai pemain, tapi juga sebagai figur global. JALAN KE DEPAN Keraguan masih ada: kecepatan bertahan, akurasifree throw, hingga risikoturnover. Namun, bila dia berhasil, dampaknya akan sangat besar. Keberhasilannya bisa memvalidasi filosofi baru, yakni bahwa kecerdasan bermain lebih penting daripada keatletisan semata. Apa pun hasilnya, Yang Hansen kini bukan lagi sekadar prospek misterius dari China. Dia menjadi pusat dari salah satu eksperimen paling berani di NBA. Dunia basket pun menunggu bagaimana kisahnya akan berkembang.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.